Sasensaki wa Josei Toshi! Chapter 09 (Vol.2)


Bab 4: Pengakuan Mesum Dia yang Meleleh

Efek dari ‘hadiah’ itu kali ya, pengembangan bra berjalan lancar.

Tapi yang lancar cuma pengembangan doang.

『Maaf ya, sekarang lagi sibuk. Gak bisa terima negosiasi dagang kalian.』

『Toko kami raknya penuh. Coba ke tempat lain aja.』

Semua toko yang dijadikan target grosir, bareng-bareng tolak bra.

Makanya jalur jual di Wime gak kebuka, sampe sekarang belum bisa jual.

Alya denger laporan itu, napas fuu.

“……gitu ya.”

Langit mendung kelabu ngeliatin Seidouin pas siang.

Kayak awan hujan, dalam ruangan diem berat.

Tapi Luetta yang lapor, gak terima gitu.

“Tapi belum semua toko dikunjungin kok!”

Dia usaha hilangin suasana gelap.

“Kebetulan aja toko-toko yang prioritasin barang tukang lama atau supplier lama!”

Ove yang ikut ke ruang kepala biara juga setuju, walaupun kata-katanya sedikit.

“……toko lain masih banyak.”

Tapi Alya geleng ke dua orang itu.

“Kemaren juga denger kata sama. Dan waktu itu aku bilang ini terakhir.”

Luetta cs ke Wime buat negosiasi ini sudah ketiga kalinya.

Tentu ganti toko, tapi jawabannya sama semua.

Semua toko tolak bra.

“T-tapi! Kali berikutnya pasti……”

Luetta yang masih pengen bilang lagi, Alya bilang.

“Tugas sampingan bikin prototipe aku izinin. Jual ke orang awam juga izinin.”

Gak ada marah di situ.

Tapi nada suaranya dingin.

“Di tempat doa biara, rame soal dagang juga aku izinin.”

Dia tahu siswi biara gak main-main.

Dari ekspresi siswi biara biasa, dia tahu mereka gak kena hal buruk.

“Tapi ini realita.”

Kata dia pendek, datar.

“Luetta. Hasil ini karena barangnya jelek?”

“Ga gitu! Bra bagus banget, kalau diliat pasti……!”

Luetta bilang jelas.

Dan Alya gak ragu kata itu.

(Kalau diliat pasti…… ya)

Dia akhir-akhir ini kecewa sama diri sendiri.

Karena liat prototipe, ingat hati suka gaya waktu sekolah dulu.

Waktu sama temen-temen ke toko, kagum sama pakaian gaya hari itu.

(Udah gak punya hak gitu lagi……)

Ironisnya, celana dalam itu muncul depan dia bawa perasaan yang dia buang.

Artinya, bra punya daya tarik segitu.

“Ove juga sama pendapat?”

Sambil ngerasa pahit, dia tanya Ove juga.

“……iya.”

(Emang ya)

Konfirmasi Ove angguk, Alya usaha tenang bilang.

“Pemilik toko tolak kalian tanpa liat bra ya?”

“……っ!”

Luetta bik gemetar badan.

Ove gak reaksi, tapi gak nolak.

“Artinya. Pemilik toko yang kalian temuin, tolak kita dari depan pintu.”

Dia lanjut gitu.

“Barang kita pasti gak laku katanya. Mereka obsesi jaga kantong, gak mau denger.”

Alya usaha keras biar gak marah.

“Paham kan? Orang awam Wime liatnya cuma uang sama nafsu. Rakyat jatuh yang hilang nilai.”

“Jatuhって……”

Kata kasar, Luetta gak tahan nyela.

Tapi kepala biara yang jadi tembok es liat galak.

“Luetta, kamu bilang dunia yang gak serius denger temen sendiri yang harus dituju?”

“Pasti ada salah paham! Sekarang kita yang harus lebih deket. Tahap gitu.”

Alya napas dalam ke kata Luetta.

“Cuma liat untung, cuma denger suara uang numpuk kota itu. Itu Wime sekarang.”

Mata kayak liat semua arahin ke dua siswi biara.

“Tempat itu lupa ajaran, buang harga diri manusia, tempat sampah rakyat jatuh.”

Alya keluar suara campur hina sama marah.

“Deket sama jatuh, cuma nyambung ke jatuh.”

Orang dari Wime juga gitu, dia lanjut.

“Gak langsung kekerasan ke kita. Cowok Aristo juga gak lakuin hal jahat. Tapi lewat dagang, pasti rencana jatuhin sini juga.”

Ngomong sambil ingat Count Deeb.

“Hari ini dagang selesai. Gak perlu siswi biara susah lagi.”

Alya bilang rencana yang dari awal dia pikir.

“Ke tuan tanah Wime, pakai tiga orang itu sebagai sandera, tanggung jawab kasus ini. Bilang apa yang pemilik toko di wilayahnya bilang.”

Suara dia datar, tapi di baliknya marah besar membara.

(Hati semua orang, usaha. Rakyat jatuh injek-injek……!)

Makanya dia usaha lanjut netral, tapi.

“Kurung pintu kamar tamu VIP dari luar. Sampe tuan tanah minta maaf, tiga orang itu──”

──Paan!

Tiba-tiba suara kering bergema dalam ruangan.

“……udah lah.”

Itu suara wakil kepala biara tampar pipi kepala biara.

“Lu, Luetta……?”

Alya gak paham situasi.

Gak nyangka dia yang lembut lakuin gitu.

“Ajaran yang lupa malah Alya! Kamu sadar gak apa yang kamu bilang!? ”

Alya mata gemetar kaget, Luetta maju selangkah.

“Jatuh jatuh……! Buat aku Alya yang lebih jatuh keliatannya!”

“A-apa yang kamu bilang…… aku……!”

Alya pertama kali liat Luetta marah gini.

Kaget gak bisa bicara, wakil kepala biara ngeglare galak.

“……tahu kenapa semua tolak kita?”

Dan step keras ke lantai, wakil kepala biara tambah deket.

“Ritual kasih donasi katanya. Doa kasih donasi katanya. Kunjung biara minta donasi, surat kayak ganggu dateng terus! Terus ancam tuan tanah minta donasi!”

Alya mata melebar, Luetta teriak.

“Kalian bukan utusan dewa Rim, tapi hantu uang katanya. Aku gak bisa bantah. Emang bener kan? Bener banget!”

Luetta cerita sambil nangis lanjut.

“Bilang berhenti aja terus. Kate-san juga posisi susah, bilang cari cara lain lebih baik.”

Tapi, suara dia tambah besar.

“Alya cuma geleng doang. Gak denger sama sekali!”

“De-denger kok……っ……?”

“Enggak! Sama sekali gak denger! Gak mau denger!”

Luetta emang marah.

Tapi sekaligus sedih dalam.

Kapan mulai salah paham segini.

Gimana biar kata nyampe, dia pengen jerit nangis.

“Alya yang aku tahu gak gitu! Udah…… aku gak kenal Alya lagi!! Sandera apa aja, sendiri aja!! ”

Air mata netes gak dilap, Luetta lari keluar kamar.

Batan pintu ditutup kasar.

“……っ……”

Suara itu telat, Alya rasain sakit pipi.

Beneran ditampar dia sadar.

“……”

Tapi Alya gak keluar suara.

Kayak nempel, tenggorokannya gak nurut.

Ke dia gitu, kali ini Ove buka mulut.

“……kamu…… bilang orang yang usaha buat biara, antek jatuh.”

Suara yang rasain tekad kuat, Alya pertama kali denger.

“Sendiri duduk doang, kemaren sama hari ini cuma ulang yang sama.”

“……っ……”

Kepala biara bik, Ove yang biasa diem jadi sekretaris lanjut.

“Perasaan kamu aku paham. Tapi jalan yang kamu maju, jalan seenaknya.”

Nada beda total, gak ada ragu, nusuk Alya.

“Alasan pemilik toko tolak kita. Kenapa Luetta diem sampe hari ini. Pikirin.”

Ove buka veil nutup mulut.

“A……”

Pas mata keliatan, Alya paham semua.

Yang naik bukan marah.

Dia mati-matian tahan.

“……tiga orang dari Wime pasti lebih sayang kamu dari kamu sendiri. Makanya laporan serahin ke kita, cari toko berikutnya atau cara lain.”

“A-apa yang kamu bilang……”

“Kalau mereka yang cerita, Alya gak denger. Dan pasti…… rusak.”

Alya buka mulut.

Tapi suara udah gak keluar.

“Sekarang kamu cuma salah jalan sedikit.”

Ove keluarin jahitan dari kantong, taruh di meja.

Benda kecil jelek bentuk suku Luna.

“……っ……!! ”

Dibanding barang yang dibikin di Seidouin sekarang, kayak bahan ketawa.

Alya inget itu.

Gak, hari bahagia itu gak mungkin lupa.

“……kamu yang selamatin aku, masih ada beneran di dalam kamu.”

Ove tunjuk dada temen.

“Aristo-sama cs kasih bantuan, itu bukti. Kamu yang mati-matian lawan, mereka gak lewatin. Dan sekarang, kamu yang mau rusak, mereka jagain.”

Ove bilang pelan.

“Bangun, Alya.”

Gak paham.

Alya gak paham arti itu.

“……udah bangun…… aku……”

Gak, gak mau paham.

Ke Alya gitu, Ove diem balikin veil ke mulut.

“……”

Lalu…… dia juga keluar kamar.

Pintu ditutup, kali ini hampir gak ada suara.

“……a……”

Kamar diem.

Makanya dia paham.

……sekarang, sendiri.

“Aa……! Aaaaaa……”

Tiba-tiba, air mata besar netes ke pipi Alya.

“……aku……っ…… aku……!”

Muka Luetta yang hidup lagi.

Ove yang gelisah seneng.

Ruang pakaian rame siswi biara kumpul.

“Aa! Kenapa…… kenapa……っ……!! ”

Yang harus diliat.

Yang pengen diliat ada di depan mata.

Sadarin sekarang, benci diri sendiri.

Benci banget gak tertahankan.

“Kenapa…… aku…… gak sadar ya……っ……!”

Pengen tebus ke Luetta.

Pengen minta maaf ke siswi biara atas ketidakadilan dunia, kalau bisa lindungin.

Kata kasar yang pernah keluar, yang dirampas, pengen ambil balik mati-matian.

“……uu…… aa……!”

Tapi semua harapan itu, dia sadar gak bisa wujudin.

“Aku…… aku udah gak……”

Gak ada nilai, Alya pikir gitu.

Tindakan bodoh, usir Luetta, tambah uang bayar ke ibu kota Il Seidouin.

Tumpuk salah, hilangin yang penting, maju ke jalan jatuh.

“……Luetta, Ove…… semua…… maaf…… karena aku bodoh……”

Pasti kata itu gak nyampe ke mereka.

Dia yang jongkok, udah hilang semua.

Jabatan, keadilan yang dipercaya, kesempatan tebus, hubungan sama mereka.

“Aa……”

Entah kapan, di luar hujan deras mulai turun.

Pengen jadi hujan itu, Alya mikir.

Jadi air, meresap ke tanah, tidur di tempat jauh.

“Udah…… pengen hilang…… aja…… Dewa……っ…… tolong……”

Alya doa dari hati, gak lap air mata.

Walaupun tahu sia-sia.

Tapi──

“Aku bukan dewa, maaf ya……”

──Hari ini beda.

“E…… si, siapa!? ”

Suara yang pernah denger, Alya refleks angkat muka.

Di situ ada cewek senyum lembut kecut.

“I, Iruze, tuan tanah……!? ……kenapa……っ……”

Mata melebar besar. Pas itu air mata besar netes ke meja.

Pengunjung mendadak deket ke dia bilang.

“……ya, kenapa ya?”

Senyum mesum Iruze bikin Alya takut.

“A…… a……”

Mungkin dateng buat kasih coup de grace ke dia yang udah lemah.

Dia mundur, pembunuh elegan tambah deket.

“Kalau gitu, gini aja.”

Dia taruh tangan pelan ke punggung Alya yang gemetar.

“……dewa jatuh yang suruh aku dateng.”

Senyum agak jail, Iruze tunjuk pintu masuk kamar.

Di situ.

“A, Alya…… nangis……!? ”

Luetta yang awkward, sama Ove yang diem tarik dia masuk kamar.

“Ke-kepala biara?”

“Baik-baik aja……?”

Siswi biara dari koridor ngintip dalam khawatir banget.

Yang dia pikir hilang.

Yang paling penting.

Kumpul di situ.

“Uwaaaaaan……っ……”

Es yang kurung dia, sekarang.

Mulai meleleh sama air mata hangat dia sendiri.

────────────────

Seidouin abis hujan deras malam kemaren.

Siang di ruang kepala biara, aku sama beberapa cewek kumpul.

“Aristo-dono, Olivia-dono, Kate-dono. Dan Iruze-dono. Kata-kata kasar aku selama ini, beneran maaf……!”

Di tengah, Alya kepala biara sujud cantik.

(Kepala biara es sujud ke aku, gak nyangka……)

Sebentar bengong, aku buru-buru bilang.

“Ga-gak apa! Oke kok! Angkat kepala!”

Tapi dia susah berhenti sujud.

“Rebus atau bakar sesuka hati……!”

Masih gesek kepala ke lantai.

Tapi aku pengen cepet berhenti.

(Dari lubang seragam biara bokong polos keliatan!! Bahaya banget keliatan!! )

Pertarungan aku sama kepala biara lama, 

“Udah paham! Gitu gak bisa ngobrol kataku. Duh, cepet duduk.”

“Aristo-sama susah! Alya, nanti bareng minta maaf lagi! Ya!”

Olivia yang bosen sama Luetta-san yang panik, akhirnya selesai.

“U, um…… maaf……”

Alya-san kemaren nangis banyak sama Luetta-san cs katanya.

Dia berubah jadi cewek yang gampang dideketin.

Kayak ada yang lepas…… emang gini maksudnya.

“So-sore ja…… Iruze-dono. Katanya ada yang mau dibicarain sama aku……”

Nonton nangis besar juga sama Iruze-san.

Mojimoji entah kenapa imut.

“Dapet surat dari Aristo-sama. Pasti susah, tolong jadi temen cerita katanya.”

“Tu, Iruze-san! Itu……”

Iruze-san yang nempel banget ke aku, santai bongkar rahasia.

Emang aku minta, tapi……!

“Aly? Aristo-dono? Kenapa surat gitu……?”

Alya kepala biara kaget liat aku.

Mata emasnya, sekarang sama sekali gak dingin.

“Angin ke siswi biara lebih kenceng dari bayangan. Makanya kalau situasi ini gak dibenerin, udah gak bisa apa-apa lagi pikirku.”

Di situ aku kirim surat ke Iruze-san.

“Alasannya macem-macem……”

Yang besar, yang bisa aku lakuin cuma urusan praktis doang.

“Gambar gambar doang yang sekarang bisa. Posisi juga aneh, bisa jadi benih ribet.”

Tapi makin maju kerja, kata sama ekspresi kepala biara yang pingsan terus keingetan.

Pasti kalau gak dibenerin, biara ini gak selamat.

Itu makin jadi keyakinan aku.

“Kepala biara sendirian sampe pingsan gak boleh. Tapi aku masuk……”

Kepala biara es yang baru ketemu, gak nyangka denger kata aku sampe situ.

Walaupun gitu, dia sama Luetta-san aja ada jurang.

Kalau gitu siapa yang bisa, aku mikir keras keluarnya.

“Iruze-san kali ya. Cara mikirnya mirip banget pikirku.”

Buat biara, buat warga…… akarnya sama dua orang.

Pasti bentrok, tapi kepribadian Iruze-san pasti gak berantem sampe putus.

“Lagipula orang luar, bisa bilang apa adanya.”

Aku mikir gitu, dari awal tanya ke Iruze-san lewat surat.

“Ya, Iruze bikin nangis besar kali?”

Olivia kusu ketawa, tuan tanah imut panik.

“Be-beda! Udah nangis pas aku dateng!”

“Maaf…… waktu itu aku kelewatan……”

Iruze-san kunjungan rahasia, aku sama siswi biara antar ke ruang kepala biara.

Di jalan ketemu Ove-san yang diem tarik wakil kepala biara…… sampe momen itu.

“Gak apa. Orang di atas sering kelewatan. Aku juga sering nangis ke maid.”

Kata Iruze-san, Kate-san yang maidnya senyum.

“Katanya mau pindah kerja ambil air.”

“Na!? Effie……!”

Tuan tanah liat jutek ke Effie-san yang nempel ke aku duduk.

“So-sore…… etto……!”

Dia yang panik imut, ikut Iruze-san ke Seidouin.

“Beneran akrab sama cewek ya…… Aristo-dono.”

Sementara Alya kepala biara, masih gak percaya aku santai diapit cewek.

Dari tadi mata berkedip-kedip.

“Iya, emang ”

Munyuu payudara meledak, tuan tanah langsung ke pokok bahasan.

“Jadi sebenarnya, susah…… ya? Soal bra.”

Alya kepala biara di depan angguk, mata nutup.

“Ini situasi yang aku sama kebijakanku bikin. Aku tahu gak punya posisi bilang apa-apa.”

Tapi, dia lanjut.

“Barang bra punya potensi pikirku. Pribadi juga…… gitu.”

Perasaan jujur Alya kepala biara, aku seneng banget.

Luetta-san sama Olivia, Kate-san juga senyum.

“Gak mau sia-siain usaha semua orang. Paling tidak pengen pemilik toko liat barang siswi biara, perbaiki hubungan itu harapan asliku.”

Dia liat muka kami beneran bilang.

Kepala biara yang es meleleh, muka segar.

“Iya ya. Aku sebagai warga satu, gak mau hubungan biara sama wilayah jelek.”

Iruze-san di situ liat Olivia juga.

“Lagipula sikap pemilik toko juga gak bisa bilang gak ada masalah pikirku.”

Guild master sawo matang angguk.

“Gak mau denger gitu gak bagus sebagai manusia. Lewatin peluang dagang juga?”

Kata itu bikin Alya kepala biara muka kendur.

“Sekarang aku, gak bisa anggap urusan orang lain…… malu banget.”

Bitter smile, tapi itu senyum Alya kepala biara pertama kali.

Ke dia gitu, Olivia juga muka lembut.

“Pas semangat banget, semua orang gitu. Orang berpengalaman bilang, pasti bener.”

Alya kepala biara mata melebar, lalu makasih, senyum.

“Tentu aku tanggung jawab, keluar dari biara. Gimana? Gitu sedikit maju perbaiki hubungan?”

Dia kayaknya pengen denger reaksi warga dari Iruze-san.

“Iya ya……”

Tuan tanah ringan lipat tangan.

Di situ, Luetta-san pelan nyela.

“Aku pikir tanggung jawab gak cuma keluar doang……?”

Tapi kepala biara geleng.

“Sumber utama kekacauan aku. Kalau aku masih ada, biara gak dianggap berubah.”

Wajar sih.

Tapi ending agak sedih juga.

(Emang caranya gak bagus……)

Tapi dia juga mikirin semua orang, mati-matian.

“Itu aku juga.”

Di situ, Luetta-san buka mulut.

“Harusnya lebih bantu Alya. Kalau keluar, bareng aja.”

“Kalau gitu kepala biara ilang. Kamu juga disayang semua orang.”

Kata wakil kepala biara, Alya kepala biara geleng.

“Ini tanggung jawab aku.”

Obrolan dua orang, Iruze-san muka susah.

“Kasar sih…… tapi Alya-dono mundur lebih efektif ya.”

Olivia juga setuju.

“Yang sering ketemu orang berpengaruh Alya kan. Luetta mundur juga mungkin gak terlalu berarti.”

Luetta-san lemes bitter smile, guild master lanjut.

“Pokoknya ‘berubah’ harus nyampe. Terus kepala biara baru cepet salam keliling. Ramah, jujur. Gitu langkah pertama isi jurang kali?”

Kata itu bikin Alya kepala biara lega kayaknya.

“Kalau gitu…… kepala biara berikutnya gak khawatir.”

Emang, Luetta-san ramah, argumen Olivia masuk akal.

Tapi…… beneran gitu oke ya.

(Pokoknya nyampe aja kan……)

Cara jelas, gampang nyampe.

Kepala biara mundur, ganti kepala biara baru, ‘berubah’ yang keliatan sekilas……

“……ah.”

Aku di situ gak sengaja keluar suara.

Karena kepikiran satu ide gila.

“Apa? Lagi kepikiran apa?”

Olivia langsung liat aku.

Aku langsung jelasin.

“Kalau bisa, contoh──”

Abis jelasin satu putaran, reaksi cewek-cewek bagus.

“Lagi bilang hal gila…… tapi oke? Gak langgar ajaran?”

“Aku pikir oke! Kalau liat beda, bisa bilang dakwah juga……”

“Fufu. Buat nyampe mungkin lebih dari mundur ya♪”

Tuan tanah juga cukup positif.

Tapi Alya kepala biara bengong.

“Na…… bukan…… tapi, aku yang……?”

Mata melebar, gak bisa bicara.

Karena buat dia, ide kali ini tantangan banyak banget.

“……be-beneran gitu nyampe ya?”

Tapi dia udah gak tembok atau es lagi.

“Kamu dipanggil ‘kepala biara es’ kan. Makanya efeknya ada pikirku.”

Olivia kusu ketawa.

“Iya iya! Aku juga gitu! Alya, coba yuk?”

Luetta-san bilang kayak dorong.

Cewek lain juga senyum diem.

“Ka-kalau semua bilang gitu…… mungkin bagus tapi…… tu-tapi……”

Alya kepala biara ragu, muka susah.

“……Aristo-dono juga sama pendapat?”

Jawabanku dari awal udah pasti.

“Tentu!”

Makanya aku angguk kuat.

Lalu dia napas fuu, lurus punggung.

“……paham. Kalau aku oke, apa aja lakuin.”

Bilang gitu, ekspresi yang dia tunjukin cerah banget.

Hujan aja kayaknya mundur.

Hari itu, jalan belanja utama Wime agak rame.

“Itu apa ya……?”

Alasannya, di pojok jalan besar ada tiga cewek berdiri.

Masing-masing pegang kotak donasi, diem di jalan.

Tapi itu sendiri gak aneh.

“Siswi biara…… kan?”

“Mungkin……。 Pegang kotak juga, orang Seidouin kayaknya……”

Makanya cewek-cewek pada tahu identitas mereka.

Pasti siswi biara Il Seidouin.

Pake baju sederhana nutupin banyak, cewek jauh dari gaya.

“““……”””

Tapi image itu sekarang cepet runtuh di hati cewek-cewek.

Karena penampilan tiga orang yang diliat warga──

“Entah kenapa gaya banget…… kan?”

──Segar banget, daya tarik yang ambil hati seketika.

“Iya…… luar biasa bagus ya.”

“Seragam biara berubah ya. Kalau gitu pengen pake……”

Khusus yang narik hati mereka terus adalah dada mereka.

Payudara banyak keliatan, dihias nipple cover desain.

“Dada itu, imut banget ya.”

“Bentuk baru pertama kali liat…… mungkin buatan tangan siswi biara?”

Bentuk baru tapi bikin hati berdegup, cewek-cewek langsung terpaku.

Lalu pelan-pelan mereka juga terpikat model yang pake.

“Luar biasa cantik……!”

Dan salah satu cewek kayaknya inget model itu.

“Yang tengah, kepala biara kan……”

“Eh…… bener?”

“Orang yang dipanggil kepala biara es?”

“Iya iya. Denger ketat banget……”

Cewek-cewek berhenti atau pelan jalan bisik-bisik.

Tentu pandangan itu nyampe ke siswi biara sama cewek cantik yang pegang kotak donasi.

(Diliatin ya, Alya)

Postur tetep, Luetta bisik pelan.

Dan yang jawab kepala biara yang jadi cewek gaya sama Ove.

(I-iya ya)

(……kotak donasi jangan nutupin. Tunjukin lebih)

Ditegur Ove, Alya taruh payudara di kotak donasi.

Biar bra yang dia pake sendiri diliat cewek yang lewat.

(Ga-ga biasa. Boleh pamer gini……?)

Kepala biara bilang gitu agak gak enak.

Tapi dua orang lain, bareng sodok Alya gitu.

(Pamer payudara lebih, Alya. Aristo-sama juga bilang kan?)

(……hari ini, bra dipamerin)

Bilang gitu, dua orang juga sengaja taruh payudara cantik di kotak donasi.

Dan Alya ikut.

(Iya ya…… um. Agak malu tapi……)

Strategi yang Aristo usulin.

Alya pake bra gaya, berdiri di jalan.

『Kalau gak mau liat, kita yang tunjukin. Alya kepala biara cantik, iklan terbaik pikirku』

Pake image ‘kepala biara es’ balik, dia bilang.

Kalau gaya maksimal, semua orang pasti liat Alya.

『Orang Wime sensitif trend, gak lewatin barang baru. Pasti sadar bra』

Ini juga yang Aristo pelajarin di Retea.

『Terus, bra kasih sebagai balasan donasi, awalnya gratis』

Jumlah donasi ikhlas, gak harap untung di situ.

Targetnya tambah pelan-pelan cewek yang pake bra.

『Orang lewat yang pake, jadi iklan sendiri. Pemilik toko pinter pasti cepet sadar, dateng konsultasi ke biara』

Kalau gitu, transaksi jujur aja.

Akhirnya pisah dari donasi, dari situ dagang beneran, Aristo jelasin ke Alya.

『Balasan kasih cuma sampe situ. Lama-lama arti donasi berubah pikirku……』

Pekerjaan utama layani dewa, sebarkan ajaran, tetep penting.

Tapi mereka juga manusia, gak bisa total lepas ekonomi.

Di situ Aristo referensi jimat atau panah pengusir setan, papan doa.

(Bukan orang biara…… beneran mikir mateng)

Alya terus kagum.

Ajaran sama dagang, ideal sama realita.

Bagian yang bertentangan, usulin bentuk yang bisa ditelan sedikit.

(Lagipula, orang kayak aku…… bi-bilang cantik……)

Pinter, jujur.

Lagipula buat Alya, penampilan dia juga cantik.

Diliatin senyum lembut, dada Alya deg-degan.

Penyebab deg-degan itu dia gak paham, tapi ingat kata Aristo pipi panas.

(Nah, Alya. Muka lebih bagus! Ramah penting!)

Disodok Luetta, Alya sadar.

(Bukan, muka bagus gimana……。 Itu lebih jago Luetta kan?)

Alya gumam.

Dia gitu, kali ini Ove sodok.

(……gak tunjukin berubah gak guna)

Alya di situ sadar.

Sekarang dia lagi diuji.

『Kalau kepala biara senyum, pasti semua berhenti. Abis itu sikap sama kata nyampein』

Kepala biara lanjut, sendiri tunjukin berubah lebih efektif gak.

Kata dia yang bilang gitu.

(!)

Pas bagus, cewek yang tertarik dada Alya berhenti.

Kepala biara cantik senyum kaku, nyapa.

“Se-selamat pagi……”

Cewek liat Alya gitu, berhenti total.

“……etto, selamat pagi……”
Bab 4: Pengakuan Mesum Dia yang Meleleh

Rasa suci yang dipancarkan wanita itu, malah bikin dia keliatan malu-malu kayak orang biasa.

“Susah ya. Semua orang dari pagi banget……”

Karena udah berhenti, gak enak kalau lewat gitu aja.

Cewek yang mikir gitu, keluarin koin kecil dari kantong, deket ke mereka.

“Ah……”

Tapi tangannya berhenti di udara.

Kotak donasi yang penting, ketutup payudara bagus Alya sama hiasan gaya yang hias itu.

“Ah! Maaf banget……!”

Kepala biara panik kayak gadis kecil.

Cewek itu kaget banget liat cewek cantik luar biasa gitu.

Rumor kepala biara es, sama kesan aslinya beda jauh.

“Malu banget keliatan……”

“Gak apa. Kalau gitu buat dewa Rim.”

Charing, satu koin masuk.

“Terima kasih. Semoga dewa Rim lindungin kamu.”

Cewek yang kasih donasi juga cewek Wime, minat gaya tinggi kayak biasa.

Makanya depan hiasan bagus yang belum pernah liat, akhirnya gak tahan.

“Ano…… itu, seragam biara baru ya? Bagus banget.”

Dia tunjuk bra, Alya buru-buru reaksi.

Sekarang kesempatan, dia yang gak biasa sama orang awam juga sadar.

“In-ini, itu, celana dalam yang lagi dibikin di Seidouin! Nyaman banget dipake, imut! Pokoknya bagus! Semua orang usaha keras bikin!”

Dia semangat banget, cewek itu mata melebar.

“I-iya ya……”

Alya yang cantik, keliatan bisa apa aja tanpa cela.

Tapi sales talknya, sopan bilang juga gak jago.

Tapi keliatannya usaha banget…… semua gak nyambung.

“Fufu”

Cewek itu gak tahan imutnya, kusu kusu ketawa kecil.

Alya di situ sadar panik sendiri, pipi merah.

“Ah…… ma-maaf. Kelewatan……”

Yang bantu kepala biara gitu Luetta.

“Terima kasih donasinya.”

Ini, dia kasih tas kertas belanja.

Bukan barang mahal, buatan tangan siswi biara.

“Etto……?”

Tas kertas tiba-tiba di depan mata, cewek mata melebar lagi.

“Dari kami, balasan donasi. Tolong terima ya.”

“Balasan, ya?”

Dia miring kepala tapi terima, Ove buka mulut.

“……celana dalam namanya bra. Yang lagi kami pake di dada, ini.”

Cewek bik reaksi.

Sudut mulutnya naik sedikit, Luetta langsung tambah.

“Beberapa ada di dalam, pake yang pas ukurannya ya.”

Cewek mata melebar besar.

Dia gak tahan perasaan, langsung buka sedikit bungkus dalam tas.

“Waa……!”

Akhirnya keluar suara seneng kecil.

“Bo-boleh!? ”

“Iya. Tentu.”

Alya lanjut ke cewek yang bingung.

“Tolong coba pake. Usaha keras siswi biara ada di situ.”

Kata kepala biara, situ aja gak ragu.

Cewek yang denger dari muka tenang berubah, senyum kayak gadis.

“Terima kasih banyak!”

Dia pergi kayaknya mau lari.

Tiga orang senyum, nganterin punggung cewek itu.

(Berhasil ya, Alya)

(……disenengin gitu, seneng. Usaha keras worth it)

(Iya ya)

Dan semua proses itu, cewek-cewek Wime gak lewatin.

“A, ano……”

Bunga satu yang muncul bareng es meleleh.

Cewek-cewek pelan-pelan tertarik ke bunga itu.

“Ini namanya bra. Balasan donasi, kami kasih. Kalau semua pake, siswi biara seneng banget pikirku.”

Alya hari itu aja, sales── entah bisa bilang sales atau enggak── talknya naik level banyak.

“Terima kasih!”

“Gila imut!”

Tapi akhirnya, cewek yang terima balasan keliatan cuma beberapa hari.

Bareng antrean depan Alya cs memanjang, pemilik toko pada telpon biara rame banget.

────────────────

Bra mulai dikirim ke mana-mana, di Wime sold out terus.

“Minggu lalu jumlah kirim──”

“Ini. Tujuan kirim──”

Senja di ruang kepala biara, Alya sama Kate, Luetta kumpul kerja keuangan.

Situasi keuangan biara naik drastis, hubungan sama warga juga.

Makanya suasana dalam ruangan beda total dari dulu.

“Syukur…… ini kayaknya gak perlu khawatir lagi.”

Gak ada kepala biara es, ada bunga tenang mekar.

“Kate-dono sama Olivia-dono. Aristo-dono terima kasih……っ…… gak ada habisnya.”

Kate yang angkat mata juga senyum lembut ke Alya.

“Fufu. Udah denger berkali-kali loh.”

Tapi kepala biara geleng pelan.

“Berapa kali……っ…… bilang juga kurang……”

Tapi anehnya, kata itu agak tersendat.

Apalagi pipi cantik cewek cantik itu, merah banget.

“Ma-maaf juga, beneran……っ…… belum……”

Dia bilang sampe situ, bik bik badan cantik gemetar.

Payudara bagus yang官能, burun goyang.

Bra sama nipple cover yang resmi jadi seragam biara, ikut goyang bareng payudara.

“Soal itu, minggu depan 『pengakuan dosa beneran』 buat minta maaf, katanya ya.”

“I-iya tapi……っ……”

“Tapi……”

Sikap aneh dia, Kate pura-pura gak perhatiin.

Malah nyengir jail.

“Sebelum pengakuan dosa beneran, harus hilangin takut ke Aristo-sama ya.”

“Iya, niat gitu……! Niat gitu, tapi……っ…… ba-badan sendiri…… a! ”

Suara gak cocok buat tugas keluar dari mulut Alya.

Sekaligus, meja yang dipake kepala biara suara keras.

“Haa! …… haa! …… ”

Alya napas bahu.

Ke dia gitu, suara lain nyapa.

“Kepala biara Alya. Ano, baik-baik aja……?”

Cowok yang duduk sebelah dia, Aristo.

Dia sama Alya, terlalu deket buat kerja kertas bareng.

Apalagi tangannya gak di atas meja, depan mata gak ada kertas.

“Ba-baik kok! Tapi lagi takut kamu lagi…… maaf. Padahal kamu usaha keras buat biara……”

Ke cowok sebelah pipi merah, mata panas Alya.

“Tolong jangan salah paham. Aku hormat banget sama kamu. Pengen ikut bareng setiap hari……! Tapi badan sendiri entah kenapa……”

Aristo ke kata yang kayak pengakuan itu, muka susah bilang.

Dia sebenarnya seneng banget kata gitu.

Ekspresi Alya yang lebih lembut dari dulu menarik, jelas suka dia.

“Tapi pelan-pelan aja, kepala biara. Aristo-sama, tolong biasain pelan ya ”

Tapi jail senyum Kate── termasuk beberapa dalang── Aristo dilarang bilang beneran.

『Akhir-akhir ini bareng Aristo-dono, hati fawa gak tenang. Kate-dono, aku masih takut Aristo-dono ya……』

Alya sendiri sadar hati sendiri, bisa bilang itu penting katanya.

Makanya hari ini juga.

“Kalau sakit bilang ya, Alya-san……”

Dari ujung seragam biara, tangan masuk, main memeknya.

“A……! A, Aristo-dono……! …… situ……! ”

Alya angkat pinggul buat nikmat, semprot cairan cinta.

“Ke-kenapa……! …… a! Badan kesemutan……! ~~~! ”

Gaya dia paham.

Tapi karena umur segitu benci cowok, dia besar tanpa belajar hal mesum.

Makanya masturbasi aja belum pernah.

Makanya setiap hari diginiin, dia belum sadar memeknya sendiri.

(Basah kuyup……)

Sementara, buat Aristo jelas dia reaksi sebagai cewek.

Memek basah lengket, hari ke hari tambah nyedot jarinya.

“Aa…… ma-maaf…… Aristo-dono…… ”

Cewek cantik luar biasa geliat badan ikut jari aku.

Keluar suara manis, payudara hampir telanjang goyang, kadang sandaran badan ke Aristo.

“I-iya kok……! …… ”

Tentu, liat gitu kontol Aristo pasti reaksi.

Tapi yang tahu reaksi itu sekarang cuma Luetta.

“Chupa! Jyu…… ero…… ”

Kontol gagah, udah diisap dia di bawah meja.

Dan dia super semangat tugas ini.

“Arisuto-sama jyururu! Jyu! Jyu! Gimana…… ”

Luetta telan batang pake mulut kecil, kepala kontol sampe tenggorokan.

“Ero! Ero! ”

Lalu lidah tenangin biji,

“Jyuzozozozo…… ”

Hisap precum, pelan balik mulut ke kepala kontol.

Lidah gosok urat bawah banyak gak lupa.

“……jago banget……! …… ”

Aristo jawab bareng remas payudara yang dia julurin.

Nipple cover Luetta udah jatuh ke lantai, puting keras jelas tegang.

“Nn! Haa! Jyu! Jyu! Jyupo! ”

Kalau dia punya ekor, pasti goyang-goyang seneng sekarang.

Puting dicubit, Luetta tambah asyik layani tuannya.

Layanan hisap semangat itu, Aristo keluar suara.

“Aa……!”

(Aristo-sama…… )

Suara itu basahin selangkangan Kate, bikin dinding memek Alya gemetar juga.

(Cuma denger suara susah Aristo-dono, badan gemetar……!)

Alya distimulasi pendengaran memeknya.

Perasaan naik gak bisa kasih nama, dia lirik Aristo.

(Luetta sama punya Aristo-dono…… muka gitu……)

Alya yang lama bareng, Luetta gak pernah tunjukin muka gitu.

“Npu! Jyupo! Jyupo! Jyupo! ”

Muka kecil keluar masuk kontol gagah, kuasai pikiran dia total.

Tapi gak boleh gitu.

Alya mati-matian balik liat meja.

“Bulan depan, yosan……! …… a! ”

Sengaja bilang keras balik kerja, tapi tetep sia-sia.

“Keluar ya……! …… Luetta-san……!”

“Ha i! Jyupo jyupo jyupo! Jyuzo! Jyuzo! ”

Kesadaran Alya gampang dibawa.

(Aa…… itu keluar……)

Dia udah liat beberapa kali.

Pas bokong atau selangkangan Alya disentuh, kontol dia pasti dihibur seseorang.

“Haa…… haa……!”

Aristo yang dihisap kontol, erang susah, dada Alya deg-degan.

Dia gini,

“A! Aaaa! Arisuto-dono! So, dalam banget jari! ”

Sekaligus serangannya tambah ganas dia tahu.

(Aa, gak boleh! Hari ini juga, terbang lagi……!)

Dia mikir gitu, tapi sadar sendiri hari ke hari momen ini tambah ditunggu.

“A! A! A haa! ”

Rasa misterius naik dari dalam memek, lelehin akal Alya.

(Fawa…… lagi, fawa gara-gara Aristo-dono……! )

Dan hari ini.

Akhirnya topeng yang nutup memeknya, ikut meleleh bareng.

Rasa bersalah yang nempel, kalah sama insting, Alya nemu kata itu.

“Aa! Enak! A, Aristo-dono! Memek, enak oo! ”

Hati Alya balik jadi cewek.

Izinin diri sendiri rakus minta jantan, grep nikmat momen itu.

Itu momen yang Aristo sama Kate, sama temen terbaik Luetta tunggu.

“Alya-san……!”
Aristo tahan sperma yang mau keluar, pegang payudara Alya yang nempel lunglai.

Lalu napas kasar, copot nipple cover, hisap puting cantik yang kayak buatan.

“A!? Aaaa! ”

Sensasi baru bikin Alya gemetar keras.

“Itu, lagi dateng…… lebih gila dari biasa dateng! Ta-takut! Aku takut! ”

Mata gemetar nikmat melayang.

Di situ tiba-tiba bayang cewek keliatan.

Itu maid rambut hijau senyum, Kate.

“Tenang aja Alya kepala biara, itu namanya ik ”

“I, ik……? A! Aaa! ”

Alya yang polos kayak gadis, dia ajarin.

“Memek itu, namanya o-ma×ko ”

“O-ma……? O-ma×ko? Haa! A! O-ma×ko……! ”

Kepala biara yang lepas topeng gak perlu, cepet banget hubungin kata sama insting.

“O, o-ma×ko! Mau ik! Pake jari Aristo-dono! Ik ik! ”

Gatan gatan meja suara keras.

Puting dihisap ganas, memek dangkal digali.

Dia langsung naik ke orgasme.

“Jyuzo! Jyuzozozo! Jyuuuuuu! ”

Ikut gitu, oral Luetta tambah ganas.

Aristo juga kontol gemetar, naik ke ejakulasi.

“Udah keluar……! Ua!! ”

Kontol gede, Luetta sendiri tabrak ke tenggorokannya.

Sudah sering fellatio, tahu itu bikin Aristo seneng.

“Nn n! ”

Dinding lengket lembut sambut, dia sampe batas.

“Kuaaa!! Keluar!!! ”

──Dobyurururu!!!  Byuru!!  Dobyu!!!

Kepala biara cantik juga, hampir bareng orgasme.

“Ik ik ik! O-ma×ko ikuuuuuu! ”

Gata gata meja suara, kertas jatuh ke lantai.

(Gi-gila…… gila jadi……! )

Alya gak bisa nahan, badan kejang berkali-kali.

“N hoo! O! A hii! ”

Kaki cantik tegang pin, angkat pinggul semprot cairan cinta kepala biara.

“A…… haa…… ”

Muka dia sekarang, muka betina.

“Gimana? Alya kepala biara ”

“Lu-luar biasa…… ini namanya ik ya…… ”

Senior betina Kate angguk.

Alya ekspresi meleleh nikmatin sisa.

Tapi dia langsung sadar.

“Haa…… fuu……”

Di sebelah, cowok yang dia hormati, napas sama.

“A, Aristo-dono! Malu banget keliatan…… an! ”

Pas buru-buru balik badan, jari Aristo keluar dari memek.

Suara gak sengaja keluar, Alya pipi tambah merah.

Ke dia gitu Aristo geleng.

“Itu…… Alya kepala biara…… luar biasa banget. Iknya bikin seneng.”

Buat dia, cewek yang dulu tegas banget rusak gini gak tahan.

Buktinya.

“Jyubo! Jyuu! Chupa! ”

Abis keluar pun, fellatio Luetta belum selesai.

Kontolnya masih keras cukup.

“Pha ”

Luetta lepas mulut sekali, cek kekerasan kontol.

“Aristo-sama juga, luar biasa banget Aku diminumin banyak gitu ”

Dia muka anak kecil, gosok pipi ke penis sambil senyum.

Aristo bitter smile ke diri sendiri gak ada prinsip, tapi nafsu ke Luetta juga.

“Ma-maaf ya. Enak banget sih……”

“Aku juga enak banget Ejakulasi banyak tabrak tenggorokan…… ik aku ”

Obrolan mesum dua orang, Kate lanjut ke tahap berikut.

Kerja keuangan hari ini, kemaren udah selesai Alya gak tahu.

“Nah……。 Kalau gitu Alya kepala biara, hari ini coba nonton ya ”

Kata maid senyum, Luetta sama Aristo bik reaksi.

Sementara Alya muka bingung.

“No-nonton……?”

Kate angguk, bilang kata masuk akal.

“Takut itu dari gak tahu. Artinya gak tahu bener Aristo-sama seperti apa, itu penyebab takut Alya kepala biara.”

“Na-naruhodo…… mungkin ya……”

Alya buram jawab.

Abis orgasme, dia pasti kena tipu apa aja.

“Pengakuan dosa beneran, Aristo-sama yang interogasi kan?”

Dan Kate sekarang, penipu.

“Iya, itu bener. Makanya takut harus dibuang……”

“Iya. Karena buka semua, gak boleh takut.”

Makanya, Kate senyum genit.

“Cara Aristo-sama gagah gimana. Sampe hari H nonton banyak-banyak ya ”

Kate bilang gitu, gerak kayak tari.

Ikut gitu, Luetta selesai bersihin kontol.

“! ”

Alya langsung curi liat kontol itu.

Tapi cepet ilang.

“O-ma×ko sebenarnya dipake gini ”

Kate yang entah kapan lepas baju, naik ke atas kontol itu.

“Na-napa……?”

Alya bingung, Kate cuma senyum.

Lalu dia pelan turunin pinggul.

Kontol sama kelopak bunga Kate langsung cium.

“……Kate-san. Beneran mau ya……?”

Sudah denger sebelumnya, Aristo bingung.

Tapi bingungnya cuma beberapa detik.

“Gak suka……?”

Maid cinta muka sedih.

Langsung tangan dia pegang pinggul, tarik agak kasar.

“A! Aaaa…… keras banget ”

Kate keluar suara manis.

Sudah basah banget gara-gara ekspresi Aristo, masuknya lancar banget.

“Kalau gitu Alya kepala biara. Sampe minggu depan nonton banyak ya…… a! Aaaa! ”

Kata dia belum selesai, pan pan suara kulit tabrak mulai.

“……!! ”

Alya muka kaget.

Dia bahkan gak tahu nama tingkah itu.

(I-ini…… )

Tapi langsung paham itu enak.

“A! A an! Arisuto-sama! Kena dalam! Gila ii! ”

“Punnya Kate-san juga, gila ya……! ”

Atas nama hilangin takut.

Sampe malam sebelum pengakuan dosa beneran, kelas nonton mesum ini lanjut.

Tapi cuma nonton.

Selama itu Alya cuma dapat colplay memek basah kuyup.

(A, itu juga ke aku…… ma-masukin pengen…… )

Dia mikir gitu, gak butuh waktu lama.

────────────────

Beberapa hari kemudian, malam gelap selubung aula suci.

“Mulai sekarang, ‘pengakuan dosa beneran’ siswi biara Alya.”

Bareng kata Luetta-san, situ diterangi banyak batu cahaya.

Aku nahan napas liat suasana fantasi itu.

(Wah……)

Yang muncul di cahaya, siswi biara duduk di kursi berjejer di aula suci.

Dan dari situ berdiri, cewek cantik kayak dari dunia lain.

“Kalau gitu siswi biara Alya, ke sini.”

“Iya.”

Malam ini diperlakukan ‘siswi biara’, cewek cantik naik ke paling dalam depan aula suci.

Lebih tinggi satu tingkat dari tempat lain.

Dari baris depan aku duduk, keliatan banget sikapnya.

“Aku siswi biara Alya.”

Suara jelas tetep, Alya kepala biara bicara sopan.

“Hari ini kumpul buat aku yang salah, terima kasih banyak.”

Dia bilang gitu membungkuk, deklarasi salah sendiri.

“Aku lupa mata liat apa adanya, lupa telinga terima fakta.”

Kata Alya kepala biara lanjut.

“Tolak tangan bantu. Malah buru-buru usir kayak makhluk jahat.”

Aula suci diem total.

“Sikap itu pasti kayak cowok seenaknya yang aku paling benci.”

Dia kayak kunyah kata itu, jeda napas sekali.

“Yakin pikiran sendiri bener, pakai kata kekerasan.”

Lalu, muka berubah fu.

“Tapi dewa maafin aku gitu. Semua orang di biara, utusan dari Wime, kasih penyembuhan sama pelajaran berharga, berkat ke aku.”

Ekspresi lembut yang dulu pasti gak pernah keliatan.

“Cewek juga bisa jatuh seenaknya, cowok juga bisa punya kasih sayang. Aku diajarin Aristo-dono gitu.”

Kayak cewek senyum di lukisan terkenal, tenang cantik.

Tapi alami banget, milik asli Alya kepala biara keliatan.

“Sekali lagi…… ke semua yang jagain aku yang keras kepala, terima kasih dalam, dalam banget.”

Sekaligus, dia lanjut.

“Sebagai tanggung jawab kepala biara. Lewat pengakuan dosa beneran ini, langkah pertama balikin kasih sayang sama toleransi.”

Deklarasi suara jelas murni, polos.

Udara suci aula suci, kayak tambah khidmat.

“Kalau gitu siswi biara Alya. Ke kursi.”

“Iya.”

Dan ritual akhirnya mulai beneran.

Dari sini ‘target pengakuan dosa beneran’, diserahin ke alat khusus.

“Ove, pasang pengikat.”

“……kepala biara, maaf.”

Sabuk kayaknya keluar, tangan sama kaki Alya kepala biara diikat itu.

“Siswi biara Alya. Ada yang gak nyaman?”

Yang jadi.

Dua tangan diikat belakang kepala.

Dua kaki setengah jongkok, buka lebar diikat.

“U, um……!”

Bokong cantik sama celah polos telanjang…… cewek cantik setengah telanjang.

(Um…… bukan gitu!)

Tentu aku tahu bakal gini, tahu kok!

Aku…… tetep harus nyela.

Kalau gak momentum gitu, susah lewatin ritual berikutnya pikirku.

“Kalau gitu Aristo-sama. Siswi biara bokong, tolong pukul.”

──Iya, aku yang……。

“……iya……”

Berdiri naik satu tingkat.

Aku ingat obrolan sama Alya kepala biara seminggu lalu.

“Aku sampe posisi dijagain Aristo-dono. Makanya perlu tanggung jawab! Dan tolong Aristo-dono saksikan.”

Alya kepala biara juga ada salahnya pikirku.

Walaupun gitu, gak perlu terima penghinaan yang udah dihapus.

Aku pikir gitu mati-matian nahan.

“Bukan bukan gak apa! Berhenti aja!”

Aku nahan, tapi……。

“Enggak, gak boleh gitu! Kalau lanjut kepala biara, harus segini!”

Alya kepala biara keluarin sifat aneh patuh.

Siswi biara sekitar cuma muka yare yare.

Ngomong-ngomong, Olivia sama Kate-san diem nyengir.

“Ja-ja kalau gitu cara lain aja! Eto, apa ya……”

Gak ada bantuan, aku buru-buru mikir.

Tapi pas gitu Alya kepala biara mata sedih.

“……Aristo-dono juga cowok. Kalau gitu, pukul bokong aku…… cukup benci ya……”

Liat itu aku gak bisa tolak total……。

“……Aristo-dono. Minta tolong!”

Dan sekarang, aku diminta pukul bokong sama cewek cantik.

(Minta tolong! Alya kepala biara, sadar gak sekarang posisi kayak apa……)

Posisi diikat dia, mirip banget cewek lagi doggy.

Gak bisa gerak karena alat, mesumnya gak ada tanding.

“Kalau gitu, Aristo-sama. Ke sini.”

Luetta-san bilang gitu, bawa aku ke tempat ditentuin.

Itu tepat sebelah bokong Alya yang julur.

Ke arah siswi biara duduk mukanya.

Ke aku bokong polos sama celah polos, sama anus keliatan semua.

(Lakuin♪)

(Semangat ya♪)

Baris depan Olivia sama Kate-san, cuma gerak bibir wink ke aku.

Cewek jahat banget.

“Kalau gitu, Aristo-sama.”

Tapi udah terima.

Sudah siap semua, gak bisa kabur lagi.

Suara keluar tapi gak sakit, cara pukul gitu latihan bareng Olivia……

“Pukul tolong.”

Aku tegasin diri,

(Alya kepala biara, maaf……! )

──Paan!

Suara kering besar bergema di aula suci.

“Ku u……!”

Sekaligus cewek cantik keluar suara susah, badan gemetar.

(Wah……!)

Bokong polos dihias garter belt putih goyang, singkatnya gak tahan.

Aku kayak ditarik, lagi angkat tangan turun.

“Kua a……!”

Bokong cantik sama alat suara.

Tapi ikatan Alya kepala biara gak lepas.

(E-entah kenapa…… excited……!)

Pukul bokong cewek gak bisa gerak.

Apalagi bokong cewek cantik yang dulu dipanggil kepala biara es.

“Aaa! ”

Aku cepet asyik tingkah tabu.

“Yaa……! U a……! Ku haa……!! ”

Gak sadar aku bikin Alya kepala biara keluar suara terus.

──Paan! Paan!

Buah putih goyang kiri kanan, mulai agak merah.

“U u! Aaa!! U haa……!! ”

Cewek cantik tahan tegas.

Tapi pas pukulan lewat lima puluh.

“A……! …… haa…… ”

Nada suaranya jelas berubah.

“A aa…… ku u…… fuun…… ”

Suara tahan sakit, campur manis mulai.

“U an! A……! Aaa…… ”

Dan manisnya tambah pekat.

(……ga-gak mungkin……)

Awalnya kukira salah denger.

Situasi udah gila.

Bokong goyang terlalu menarik, aku yang gila pikirku.

“Haan…… n a…… a! Na, kenapa…… a haa! ”

Tapi bukan salah denger cepet paham.

(Basah……!)

Burun, barun bokong bergelombang.

“Ja-jangan liat……! …… aaa! ”

Paha dalam cantik dari situ, benang bening banyak mulai.

(Alya kepala biara, mesum banget……!)

Pendeta…… apalagi kepala biara.

Dia enak dipukul bokong.

Pemandangan itu bikin tanganku tambah kuat.

“Dame! Aaaa! Haan! ”

Paan bokong bergelombang.

Pata pata cairan cinta jatuh ke lantai banyak.

Dan erang jelas.

Semua itu, diliatin siswi biara.

“Ja-jangan liat! Aaaa! Jangan liat e! ”

Suara kayak sex bergema, pukulan akhirnya sembilan puluh.

Pas itu, aku udah asyik bikin Alya kepala biara erang.

“N aaaa! ”

Paan abis pukul.

Usap biar tenang situ yang panas.

“……fua a…… a…… ”

Hitung dia erang imut, lagi pukul kuat.

“ An! ”

Badan total gemetar, payudara ikut liar Alya kepala biara.

Kayak kejar badan melengkung, aku pukul terakhir.

“Dame e! ”

Suara kering bareng, cewek cantik akhirnya orgasme.

Cuma pukul bokong, semprot cairan cinta keras dari situ, erang besar sampe.

“Haa…… haa…… ”

Sisa, bik bik gemetar terus cewek cantik.

Cewek cantik gitu, banyak siswi biara tenggorokan gerak liat.

“……”

Gak ada yang bilang apa, atau gak bisa bilang.

Aula suci diem aneh kuasai.

“……siswi biara Alya.”

Yang pecah diem itu, suara tenang Luetta-san.

“Haa…… haa…… Lu, Luetta…… aku……”

Dia pelan ke depan Alya kepala biara, tatap temen yang masih diikat.

“Bisa cuci dosa sendiri?”

Senyum itu, cewek cantik mata lirik.

“Bi-bisa…… pikirku. Kalau semua maafin…… ini jadi pengakuan──”

Tapi suara temen, Luetta-san lembut nyela.

“Alya. Sembunyiin perasaan, gak bisa bilang pengakuan?”

Alat ikat suara besar.

“!! ”

Liat gitu, Luetta-san kusu senyum akrab.

“Pengakuan harus jujur sama diri sendiri.”

“……っ……”

“Alya kepala biara Il Seidouin, kan?”

Bukan siswi biara yang majuin ritual, sebagai temen Alya kepala biara.

Ke kata Luetta-san gitu, cewek cantik diem…… mata nutup.

“Nah, perasaan kayak apa bilang bener? Semua pasti gak marah.”

Lalu, Alya kepala biara buka mulut.

“……enak, banget……”

Kedengeran susah banget.

“Mana yang enak?”

“Dipukul Aristo-dono…… awalnya sakit tapi……”

Iya iya, Luetta-san angguk abis diem mengalir.

Tapi dia gak buru-buru lanjut.

Tunggu kata Alya kepala biara.

“……o-ma×ko, ik……。 Aku pengakuan tapi…… depan semua ik aku……”

Alya kepala biara yang keliatan jauh dari mesum.

Dia yang kayak dari dunia lain, pake kata mesum baru belajar.

(Gila, mesum banget……!)

Aku gemetar terharu, Luetta-san bilang tenang.

“Aku pikir. Biara ribet karena Alya terlalu tahan terus.”

Makanya, gadis kecil senyum ke Alya kepala biara.

“Hari ini, pengen liat Alya jujur total. Semua orang di biara pasti bisa jujur juga.”

“Luetta……”

“Gitu sini jadi tempat semua orang, biara utama kalah jauh pikirku.”

Kata jail, Alya kepala biara kaget, agak nangis.

Ke dia gitu Luetta-san angguk, kali ini pipi merah.

“Aku udah, o-ma×ko basah kuyup loh? Pengen dipukul banyak sama Aristo-sama.”

Dia duluan jujur.

“!! ”

Ke Alya kepala biara kaget, kata terakhir.

“……Alya. Sekarang, ada yang pengen minta ke Aristo-sama gak?”

Pengakuan dosa beneran kali ini Alya kepala biara yang usulin.

Tapi di balik, ada rencana biar dia ingat ‘cewek’……。

『Aku, pengen Alya rasain bener yang dia tahan. Pengen nikmatin sebagai cewek beneran 』

『Ajarin kepala biara nikmat cewek juga. Jelas suka Aristo-sama 』

『Kepala biara jadi milik tangan kalau bisa, sini jadi istana Aristo♪ Selain Wime, temen kamu tambah gak ada salahnya 』

Itu rencana Luetta-san sama Kate-san, Olivia.

Ada cara lebih lembut bilang aku, tapi kepala biara keras kepala butuh obat keras…… judgement gitu.

“……minta, ya……”

Rencana itu sekarang, sukses banget.

“……punya Aristo-sama, yang gagah……”

“Iya. Yang gagah?”

“Tu-tusuk pengen……”

“Mana? Suara besar bilang bener?”

Ikut dorong Luetta-san gitu, Alya kepala biara akhirnya bilang.

“O-chinpo Aristo-dono……! …… O-ma×ko aku…… gu cha gu cha pengen……!! ”

Itu jujur sebagai kepala biara.

Bukti dia jujur juga sebagai cewek.

“Aku juga pengen gu cha gu cha……!”

Dan dia gitu, aku gak mau ditunggu.

Bukan, aku yang udah gak tahan.

“A, Aristo-dono!? ”

Kontol keras banget keluarin, pegang dua tangan bokong cantik Alya kepala biara.

“A! ”

Lalu, sarang madu basah kuyup, tusuk momentum.

“A!? Aaaaa! ”

Kontol, robek selaput Alya kepala biara yang diikat.

Dinding memek panas gak tolak, malah ajak dalam dalam.

Kepala kontol dibawa sorak seneng, tabrak dasar dia.

“N a!? ~~~~! ”

Cuma gitu Alya kepala biara orgasme.

Punggungnya melengkung bareng, dinding memek jepit.

(U, uwa! Kayak diambil……! )

Ikatan manis enak terus, tapi ganas banget.

Bagian pas pinggiran kepala kyuu jepit.

Dinding memek nempel kepala kontol, keluar madu tepat serang urat bawah.

“Aaa…… Arisuto-dono o ”

Bik bik goyang pinggul, cuma muka ngadep sini dia.

Pemilik sarang madu mesum, muka meleleh belum pernah tunjukin.

“Ini punya Aristo-dono, o-chinpo…… ”

Mata emas basah nafsu, dari penutup mulut transparan bibir ngangga keliatan.

Aku buka penutup mulut, cium kuat.

“N n!? N! …… fuu…… N chu……! ”

Ciuman pertama, tapi dia cepet ikut grep lidah aku.

(Ini juga ikut lilit! E, enak……! )

Sekaligus dalam sarang madu rame, jepit kontolku.

Pengalaman sex dangkal gini aja, nanti gimana ya.

Aku harap mesum, goyang pinggul kuat.

Paan! Paan! Bokong cantik suara,

“An! Aaaa! N aaaa! ”

Badan total gemetar seneng, suara manis bergema aula suci cewek cantik.

Tingkah mesum muncul di bawah batu cahaya, kayak apa diliat siswi biara sekitar.

Entah kenapa penasaran, lirik sebentar.

(……!! )

Siswi biara semua tangan masuk baju bawah, gerak keras.

“……! …… ha…… ”

“! …… ! ”

Udah ada yang angkat pinggul, ada yang remas payudara.

Aula suci total udah jadi pesta nafsu.

(Semua mesum…… terbaik……! )

Liat gitu aku tambah kuat tabrak pinggul.

“ ! Arisuto! Dono o! Da, dame! Gitu aku! ”

“Bagus! Alya kepala biara…… Alya-san! Depan semua ik ya! ”

Memek jepit gak beraturan, pas aku panggil nama paling kuat kontraksi.

“A haaaaaaaa! ”

Pshi pshi suara, sarang madu dia semprot cairan mesum.

Alya-san basah nafsu, cantik banget, mesum banget.

(Alya-san rusak, pengen liat lebih!)

Ikut nafsu naik, pukul bokong cantiknya.

“ A! Pukul dame e! ”

Lalu, Alya-san orgasme pake kata lebih manis dari biasa.

Aku excited ganas tusuk kontol sambil pukul bokong berkali-kali.

“ On! Aaa an! Haan! ”

“Enak? Alya-san, enak?? ”

“E-enak oo! O-ma×ko juga, bokong juga, gila oo! ”

Buang jabatan sama malu, badan gemetar nafsu Alya-san.

Dia yang jadi satu cewek, lovely banget.

(Pengen tunjukin lebih ke semua. Pamer!)

Cuma aku yang bisa bikin dia gini.

Pengen bilang gitu, remes dada kaya dia yang diikat.

“O oo n! O, dada dame! Arisuto-dono! Dada enak jadi! ”

“Payudara luar biasa! Lebih suka lagi……! ”

“ ! Chiku bi gali aku! Lagi ik! Dada ik u! Ma×ko ik u! ”

Alya-san gak ragu kata mesum lagi.

Mungkin excited kata sendiri, cairan cinta tambah banyak.

“O fu…… kuu!! ”

Sekaligus pertumbuhan dalam memek cepet banget, macem-macem cara serang kepala kontol.

(Gini aku diambil! Ke, keluar mungkin……! )

Pengen nikmatin badannya lebih, liat tingkah mesum macem-macem.

Belum pengen selesai, tapi gak diizinin.

“Arisuto-dono o! O-chinpo, enak! Enak! ”

Alya-san muka mesum distortion, sendiri goyang pinggul mulai.

Sebar bau betina, bokong marshmallow tabrak.

“Minta! Ma×ko! Ma×ko ejakulasi! Putih pengen tuang! ”

Ingat nafsu sex, Alya-san total jujur.

Ke dia gitu seluruh badan minta ejakulasi kuat, aku udah gak bisa nahan.

“Keluar…… keluar ya! ”

Goyang kontol aduk, pukul bokong cantik kuat.

“ A! U! A haan! ”

Bikkun bikkun badan cewek loncat, tekan, gali puting kuat.

“ O! O hoo n! ”

Kepala biara es, udah gak ada di mana.

“Keluar…… keluar! Di memek Alya-san banyak keluar ya!! ”

“Ki te e! Putih! Minta! Ma×ko Alya! Ejakulasi e! ”

Denger erang kayak jerit.

Aku tabrak bokong dia kuat.

“Ik……!! ”

──Byururururu!!!  Dobu dobu!!!  Byuru!!  Byururu!!

Cairan putih keruh keluar ganas, rusuhi dalam memek Alya-san.

“ O! Hoo! Ki te ru u! Ma, ma×ko pana s ii! Iku u! ”

Payudara dipegang kuat, dia geliat orgasme.

Goyang pinggul loncat, dinding memek ikut, minta sperma lebih.

“A, Alya-san! Su, sugo……! Ku haa! ”

Kayak memek fellatio.

Aku, langsung ditarik ke ejakulasi berikutnya.

──Dobyururu!!  Byuku!!  Dopu dopu!!!

“ U! Lagi sperma dateng oo! Dame e! ”

Badan Alya-san gak gak gemetar.

Kulit putih kayak bersinar, merah sedikit gara-gara nikmat.

Bokong nempel ke aku, gemetarnya kasih tahu orgasme berkali-kali.

“ ! …… u…… fuu…… ”
“Haa…… haa……”

Pas sisa nikmat kami berdua mulai reda, cairan putih keruh yang dituang udah meluber dari Alya-san.

(Luar biasa……)

Tetep gak mau lepas, aku peluk dia sambil masih sambung.

“……Aristo-dono…… ”

Alya-san arahin mata manis ke aku.

“……panggil nama aku lagi.”

Permintaan imutnya bikin dada aku hangat.

“Alya-san.”

“A! N aa…… ”

Cuma panggil nama doang, dia gemetar kecil.

“Chu…… n…… chupa…… ”

Lagi cium Alya-san yang jadi bunga cantik, tiba-tiba ada suara.

“Aristo ”

“Aristo-sama ”

Liat ke situ, ada cewek-cewek mata basah lengket.

“Sangat luar biasa, Aristo-sama ”

Olivia sama Kate-san, sama Luetta-san.

“……iya ”

Terakhir Ove-san yang mojimoji gesek paha dalam.

Kagetnya, di aula suci tinggal mereka sama Alya-san doang.

“Semua pulang ya. Tangan di bawah baju, pasti banyak hibur diri ”

“Aristo, mulai besok siswi biara juga harus dimanja ya ”

Kata Kate-san sama Olivia, aku bayangin mulai besok, tenggorokan gerak glu.

“Kalau gitu Aristo-sama bawa Alya balik kamar ya.”

Tapi yang harus aku khawatirin malah malam ini ke depan.

“Ove bareng bersihin sini, abis itu langsung ke kamar Aristo-sama…… ”

“……iya. Cepet dateng ”

“Banyak dipamerin, siap-siap ya…… ”

“Aristo-sama, tolong kasih rahmat ke perawatan juga ”

“Lanjut di kamar Aristo-dono…… u, um…… ”

Buktinya, termasuk kepala biara, cewek-cewek yang aku sayang semua muka genit bareng.

Kali ini aku yang harus pengakuan dosa nafsu daging, bayar pake badan.

(……tahan ya badanku……! )

Aku nyesel terlalu setia sama nafsu, sambil doa ke dewa.

“N……”

Abis masa tinggal di Seidouin selesai.

Aku mulai hidup bolak-balik istana Wime sama biara.

Dan hari ini……。

“N jyu…… ero…… chupa ”

Di kasur biara, sensasi enak dari bawah bangunin aku.

“A, Alya-san……! ”

“Selamat pagi, Aristo-dono. N chu…… ero ”

Cium kontol penuh cinta, cewek cantik langsung masukin lagi ke mulut.

“Fufu Pagi pake mulut aku, nikmatin ya…… jyu! Jyupo! Jyupo! ”

“I, intens mendadak…… u! ”

Di balik penutup mulut transparan, Alya-san hisap kontol, dingin dulu sama sekali gak ada.

Pas itu, dari dua sisi suara.

“Pagi, Aristo ”

“Aristo-sama, pagi banget udah hebat ya ”

Pemilik suara Olivia sama Kate-san.

“Kemaren keluarin banyak gitu. Apa? Badan aku kurang? Fufu ”

“Hari ini juga keluarin banyak ya ”

Dua orang telanjang total, pagi-pagi pamer badan telanjang mempesona.

““Chu ””

Cium dua pipi, aku rasain bahagia sambil kontol gede.

“Jyupo! Jyupo! Jyuzozozo! ”

Fellatio cewek cantik tambah ganas.

Sudah sering badan tumpang tindih, kemampuan mesumnya naik gila.

“Ero ero ero! Chu! Jyurururu! Jyuuuuuu! ”

Serang pinggiran kepala sama urat bawah tepat, hisap sambil kepala kontol sentuh tenggorokan.

“A! Kuu…… ke, keluar ya……!”

Bangun tidur aku, sama sekali gak tahan layanan Alya-san.

“N mu! Ra hi te! Jyupo! Jyupo! ”

──Byurururu!!  Byuku!!  Byuuuuuu!!

Aku angkat pinggul nikmat, keluar banyak sperma ke mulut kepala biara cantik.

“N n! N n n! N ku…… n ku…… zozzo! N ku…… ”

Dia gak muka jelek satu pun telan, malah hisap sperma di batang sampe habis.

“Pha gak tumpah…… ”

Fellatio mesum kebalik, senyum anggun kepala biara.

Muka keliatan gadis polos, tapi di mulut masih ada sperma nempel……

“A! Aristo-dono! A……! A an! ”

“Tu, aku juga!? Ko, kol a! A! Udah! ”

“Aristo-sama su te ki! ”

Akhirnya, aku keluar sekali lagi ke cewek-cewek cantik.

────────────────

Abis sukses bra sama pengakuan dosa beneran Alya-san, hidup di biara berubah banyak.

Salah satu perubahan, salam dari siswi biara.

“Aristo-sama, selamat pagi.”

“Terima kasih kunjungannya.”

Bukan cuma salam keras, tapi.

“Aristo-sama…… ano, yang biasa…… ”

Minta sentuhan mesum……!

Tentu aku kaget banget sampe gak bisa bicara soal perubahan ini.

『Kesan Seidouin naik drastis. Biara juga lagi sibuk banget katanya』

『Ya. Makanya kunjungan Aristo sama sentuh-sentuh jadi benefit. Penyembuh mereka』

『Tolong manjain kayak maid-maid ya』

『Belajar dari kepala biara jadi jujur, sentuh cewek Aristo juga gak benci kan? Fufu』

Iruze-san sama Olivia desak gitu, akhirnya aku tanggepin permintaan.

“Se-selamat pagi……!”

“……a n! ”

“U n! Haa…… terima kasih ”

Remes bokong yang keliatan dari jendela suci, sentuh dada yang meluber.

Akhirnya aku, ikut minta mereka, raba badan cewek-cewek.

Apalagi pas raba badan mereka aku nafsu, siswi biara──atau kepala biara──muncul timing pas.

“Aristo-sama, istirahat sebentar gimana?”

Bilang gitu, ajak ke tempat sepi atau kamar kosong.

Sampai tujuan, kupaa buka memek tunjukin.

“Ka-kalau mau…… bisa santai di sini…… ”

Di balik veil nutup muka.

Dari situ suara jelas harap, aku akhirnya kalah nafsu.

“A! Haa! N! A haa! ”

“Keluar ya……! Kua……!”

“Ha i! Kuda sai! Ejakulasi! A! Ik! Ik ik! ”

Pagi biasanya, siswi biara imut yang erang aku buat becek……

Walaupun gitu, siang tetep kerja beneran.

Khusus sekarang, lagi fokus rencana barang baru.

Sekarang kembangkan set bra sama panty.

“……bra sama warna panty. Pinggir pola juga sama rencana.”

“Aku pikir ini bagus! Harga juga bisa lebih murah!”

Yang bareng kembangkan detail Ove-san sama Luetta-san.

Kurung diri di ruang pakaian, kerja gini tetep.

Cuma cek prototipe, sekarang Luetta-san juga ikut selain Ove-san.

“……gimana?”

“Gimana ya ”

Dan aku, diminta cek kualitas pake raba dua orang yang pake prototipe.

Misalnya payudara Luetta-san yang keliatan kurus, open bra cocok gak.

“Ha-halus lengket, hasil luar biasa……”

“A! Haa…… le, lebih cek lagi……! …… ”

Atau puting cekung Ove-san, nipple cover cocok seberapa.

“……raba banyak, cek gak geser…… te! ! ”

“U, iya. Cek bener ya.”

“N aa! I, ii…… ”

Ngomong-ngomong aku juga diminta cek panty yang lagi dikembangin.

“Eh……!? Dua orang, bawahnya……?”

“A n! Eto, panty…… belum selesai bikin……! ”

“……haa…… iya, belum…… jadi……”

Alasan gitu, dua orang bareng pamer celah polos.

“……”

Tentu dua orang gak mungkin lupa deadline.

“ ! ! N hoooo! Ma×ko, ik ma×ko ikuuuu! ”

“O-chinpo! Arisuto-sama no! O-chinpo, seneng! Ik! Aku juga ik u! ”

“Aku juga……! ”

Akhirnya puas di memek dua orang dulu, baru mulai kerja juga sering.

────────────────

Dan aku abis satu hari di biara, di kamar tidur pegang kepala juga…… sering.

“Aku, bisa bilang kerja bener gak ya……”

Ke punggung aku yang bilang gitu, Olivia nyapa.

“Usaha keras sih…… tapi masih kurang. Kerja deadline deket juga lupa kayaknya?”

Kunjungan biara pasti ikut, rekan kuat tetep.

“Eh!? Aku lupa apa!? ”

Makanya kata dia bikin keringet dingin, buru-buru balik.

“O, Olivia……!? ”

……rekan sawo matang udah telanjang.

“Deadline malam ini yo Gak tepat deadline, gak maafin loh…… ”

Paha dalam sawo matang montok, buka mesum di kasur.

Di sebelahnya, cewek cantik lain juga telanjang total.

“Aristo-sama. Kasih info bareng tuan tanah yang ikut Bodoh langsung banyak kasih tahu ya ”

“Kontol tuan hari ini aktif seberapa…… pengen tahu ”

“Hari ini keuangan usaha keras. Aristo-sama hadiah pengen ”

“Sebagai kepala biara juga…… pengen ‘laporan harian’ spesial dari Aristo-dono……”

Keringet dingin aku cepet ilang.

Ganti, nafsu naik dari bawah.

Aku ikut panas itu, akhirnya telanjang kayak mereka.

“““““A an! ”””””

Lompat ke badan cewek terbaik, sambil kontol diterima.

(Aku, beneran reincarnate bagus……!! )

Aku terima kasih dari hati ke dewa yang aku tahu.

────────────────

Kabar itu nyampe ke Count Pere pas istirahat di jalan dari ibu kota ke Wime.

“Pere-sama……! Bocah kita!”

Pelayan cowok lama, masuk tenda count kayak guling.

“Ada apa……!? Kabar buruk!?”

Mungkin anaknya lagi kena masalah lagi…… pikir gitu, tapi khawatir sia-sia.

“Bukan! Kabar bagus!”

Dia muka seneng banget pegang dua kain gak tahu apa.

Tapi Count Pere inget salah satunya.

“Itu kayak celana dalam cewek…… suruh aku apa?”

Dia yang toleran ke cewek juga pipi kejang, tapi pelayan semangat lanjut.

“Bocah kita yang bikin katanya!”

“A-apa……!? Bener!?”

Count Pere berdiri, pelayan cowok angguk berkali-kali.

“Siswi biara dirapihin, dagang baru dibikin. Sekarang laku keras, mata-mata susah banget dapet satu!”

Takut-takut, Count Pere pegang kain.

“Namanya bu-ra ja katanya. Populer banget!”

“Wah…… terus ceritanya tahu?”

Kata Count Pere, pelayan keluar satu surat.

“Surat dari kepala pelayan Neut. Sekarang ini paling akurat katanya.”

 bangsawan besar bitter smile ke kata itu.

“Keluar ibu kota susah banget…… cowok mengerikan.”

 bangsawan besar usap rambut putih pelan, baca surat Neut.

“……!”

Mata abu cerah melebar berkali-kali, lalu napas pelan.

“Pere-sama……?”

“Kayaknya yang beneran mengerikan anak kita ya.”

Count Pere nyengir, langsung tanya pelayan.

“Barang orang Ikomochi?”

“Sudah dibuang dari Wime. Informasi akurat hampir mustahil.”

“Um. Buat aman di jalan juga. Gak boleh ganggu tindakan Aristo lagi.”

“Itu juga sudah.”

Jawab pelayan, Count Pere angguk puas.

“Aristo buktiin dua kali. Masuk ke hati lawan, damai, akhirnya jadi temen.”

Pertama tempat diasingin.

Kedua fasilitas yang dikuasai orang benci cowok.

“Kalau gitu bocah kita sampe Seidouin juga……?”

“Iya. Kayaknya sukses kuasai total. Sekarang hidup kayak rumah kedua katanya.”

“Wa, wah……!”

 bangsawan besar seneng liat kaget pelayan, napas fuu.

“Dunia sekarang mulai berubah warna. Gerak pelan, tapi perubahan pasti lanjut.”

Gak boleh dihentiin, kata dia penuh kekuatan.

“Kurangin gesekan, biar gak diwarnain ulang, Aristo harus punya wilayah.”

“Wilayah, maksudnya?”

Pelayan tanya, Count Pere mata bercahaya tekad.

“Jaga api yang nyala, besarin. ……bisa bilang negara pelan sekarang.”

“Ne-negara……!? ”

Pelayan mata melebar kaget, mulut buka tutup.

“Kita juga bakal sibuk. Sebagai tangan Aristo.”

Bilang kayak bercanda, Count Pere mata agak jauh.

“Nah…… ketemu anak yang udah besar, muka kayak apa ya. Susah ini.”

Fufu, senyum bangsawan besar.

Di situ, sifat manusia yang kurang banget di dunia ini, keliatan pekat.

Hari itu, di kantin biara penuh ekspresi seneng siswi biara.

“Enak banget!”

“Terima kasih banyak!”

Yang nganterin mereka sambil senyum──

“Ehehe, terima kasih!”

“……siang juga, semangat ya……”

──Mimi-chan sama Riona-san.

Sukses besar bra bikin biara kaya, tapi sekaligus bikin siswi biara sibuk.

Makanya aku minta mereka biar agak santai, pesen catering roti Retea.

“Toko juga sibuk tapi makasih. Biara juga ada oven, pengen traktir gitu.”

Dua orang geleng-geleng bareng ke kata aku.

“Mimi, kalau permintaan store manager ke mana aja ikut!”

Kata imut bikin terharu, kali ini Riona-san buka mulut.

“……store manager. Persiapan besok, lama gak bareng…… gak boleh…… ya?”

“Gak mungkin gak boleh! Bareng yuk!”

Aku langsung jawab, di meja dapur besar taruh adonan pasta.

Roti dunia lain enak, dari sini harus ulen keras penting.

Tiga orang berjejer, lama gak ulen bareng.

“Ho! Fu……!”

Kanan Mimi-chan.

Lama gak ketemu, gerakannya naik level banyak.

“……n sho……”

Kiri Riona-san.

Dia tetep lincah, cepet selesaiin adonan satu per satu.

(Dua orang, pas aku gak ada juga usaha keras ya)

Aku sentimentil sambil gerakin tangan.

Tapi…… ada yang beda dari dulu.

(E-entah kenapa deket banget……)

Kayaknya…… bukan kayak, pasti.

“……! …… sho……”

Dari waktu di toko, Riona-san deket banget.

Payudara samping yang meluber dari leotard, nempel lengan.

“……fu, fun fun~♪”

Dan Mimi-chan juga.

Kulit keliatan gara-gara slingshot, nempel banget ke aku.

“Ano, kalian berdua agak──”

Aku yang hampir nafsu ke karyawan, usaha pelan jauhin dua orang.

“Te, Tenchou! Shinsaku no pan mo, a, arun desu……!”

Mimi-chan potong kata aku pake kata patah-patah.

Suara kecil banget lanjut Riona-san.

“……a-adonan di sini……”

Dia langsung ambil tangan aku cepet.

“U n! ”

Sendiri bikin aku remas bokongnya……

“U e!? ”

Kaget aku, serangan tambah dateng.

“Ko, koko koko! Kochi mo adonan……! ”

Mimi-chan kayak ayam, rebut tangan satunya aku.

“Fuu……! …… ”

Tipis tapi lembut banget, bokong dia sendiri nempel.

“Tu……!? ”

Terlalu mendadak, aku gak bisa lanjut bicara.

Dua orang serius gini, di kerja lakuin gitu gak nyangka.

“……Arisuto, sama……”

Tapi dasar dua orang tetep sama.

Buktinya diem aku bikin mata goyang khawatir, kayaknya mau nangis.

Bukan impulsif, pasti nekad banget gini.

“Ka, kalau gitu……”

Godain imut gini, pasti mood.

Apalagi Mimi-chan sama Riona-san yang selalu usaha keras.

“Banyak ulen ya……!”

““!””

Aku bilang nafsu keliatan, dua orang muka cerah banget.

Pas itu, dari luar dapur beberapa suara kaki menjauh.

(Senior yang kasih ide ya……)

Pasti cewek sawo matang baik sama maid cantik yang kalau marah takut.

Suara kaki ilang, aku akhirnya nikmatin bokong dua orang.

“An! Aaa……! ”

“Haa…… aa…… ”

Dua orang yang dari rekan cewek jadi cewek, erang, nempel lunglai ke aku.

Aku langsung lingkar tangan, pegang kuat dada kiri kanan.

“A, aaaa! ”

Erang tinggi Mimi-chan.

“Haa! Haa! Aaa! ”

Suara diteken tapi lengket mesum Riona-san.

Stereo mesum nikmatin, aku buka dada kaya Riona-san.

Lalu hisap kuat ujungnya, jilat areola besar pake lidah.

“A, aaaa! O, dada! ”

Suara manis mesum yang biasa gak keluar, bergema.

Suara baru bikin nafsu, aku salurin ke badan Mimi-chan.

“A…… jari Aristo-sama masuk e……! ”

Dari bokong halus gerakin tangan, masuk jari ke sarang madunya.

Penampilan keliatan polos kebalik, situ basah kuyup mesum.

“A! A! A! Haa haa! Jari gitu! ”

Gali dangkal sarang madu, Mimi-chan tegang kaki pin, julur bokong.

Paha dia, cairan cinta netes lengket.

“Chi, chiku bi dame! Pero pero……! …… aaa! ”

Tentu dada Riona-san gak lepas.

Guri guri jilat areola, hisap puting keras, nikmatin seenaknya.

“O! O! O! Su, suu no dame! O, o shiru deru! ”

Riona-san melengkung badan, aku lepas puting sekali, sengaja tanya tahu.

“……dari mana, cairan keluar?”

Pertanyaan jail bikin Riona-san merah sampe telinga. Tapi tetep bilang bener.

“……o…… manko…… dari…… keluar! A! Suu no dame e! ”

Reaksi gak tahan, aku ganas grep putingnya.

Lalu excited itu tabrak ke sarang madu Mimi-chan juga.

“O yubi! E enak! Hoji hoji, ik! Arisuto-sama, ik chau! ”

Gigit manis puting Riona-san, gali dari dalam belakang klitoris Mimi-chan.

“O u! Iku! Hoji hoji! Ik! Ik ik ik uuu! ”

“Aa! O shiru, deru! Deru deru deru! De chau uu! ”

Suara dua orang orgasme, pasti kedengeran sampe koridor.

Tapi depan karyawan geliat mesum, aku udah gak mau berhenti.

“Mimi-chan……!”

Dia nikmatin sisa, aku taruh telentang di meja.

“Aa…… Arisuto-sama a…… ”

Paham semua, dia pelan buka kaki ramping lebar.

“Iku yo……!”

Zubu zubu kontol masuk.

“A, aaaa! O chin chin……! …… n…… haa! ”

Rasa robek selaput dara ada, tapi memek gadis udah siap sampe dasar.

(Memek Mimi-chan, sempit tapi dalam nyedot……! Enak……!)

Memek kecil kali ya, sarangnya nempel kontol tanpa celah.

“Ho, hoji hoji digali……! Pake o chin chin hoji hoji……! ”

Kata imut sambil goyang pinggul nikmat masuk Mimi-chan.

Memek kecil gak izinin celah, ikut gemetar tambah jepit.

(Dijepit……! )

Tapi gini gak boleh keluar.

Aku tahan harga diri cowok, mulai goyang pinggul.

“A! Haa! Aaa! A! ”

Nikmat ditusuk kontol, badan Mimi-chan geliat mesum.

Penampilan masih childish makanya tabu, cukup buat lelehin akal jantan.

“Haa…… haa……!”

Gak sadar aku pan pan pan pan suara, serang memek manja.

“A! Hoji hoji i! Gila oo! O chi×chin, ik! Iku no o! ”

Cewek cantik ik pake kontol sendiri, isi nafsu jantan aku.

“A…… o…… ha he e…… ”

Mimi-chan gemetar terus sambil jepit keras.

Pemandangan tajam buat mata sama kontol, aku tahan ejakulasi.

“……a, ano…… Arisuto, sama…… ”

Dia taruh tangan di meja, pamer bokong mesum.

“……kasih……! ”

Riona-san yang buka pintu memek pake dua tangan sendiri.

“Riona-san! Iku yo! Ma-masukin ya……! ”

Tentu hidangan terbaik gitu gak mungkin lepas.

Aku cabut kontol dari Mimi-chan, napas kasar deket dia.

“A! N aaaaa! ”

Zubu basah kuyup sama robek selaput dara, tusuk kuat.

“A u!? N haa! Arisuto, sama a! ”

Dochun kepala kontol sampe dasar, dia langsung melengkung badan.

Lalu dalam, hangat, rakus memek mulai gerak.

(Kua…… dihisap……! )

Kayak fellatio pake dinding memek.

“……memek Riona-san, enak gila……! ”

“Wa, watashi mo! E, enak ii desu! ”

Lalu Mimi-chan telentang, Riona-san julur bokong banyak.

Sex bandingin mewah dua orang mulai.

“O! O! O! O, o shiru deru! Deru deru! ”

Gali dalam lubang betina pake kontol, liat air mancur Riona-san abis.

Masuk lagi ke memek Mimi-chan, bikin badan childish loncat.

“A! U aaa! Perut gila ii! Hoji hoji ik u! ”

Lalu nikmatin lubang betina terbaik banyak, sampe batas.

“Aa…… keluar yo! De ru de ru!! ”

“Ku, kasih! Kasih iii! ”

Pertama ke memek Riona-san yang mati-matian minta, keluar kuat.

──Byururu!!!  Byuku!!!

“O u! N hoo! ”

Lalu yang naik gara-gara muka orgasme jelek Riona-san, kali ini ledak di memek Mimi-chan.

──Dobyururu!!  Byururu!!

“A uuu! Pana si yooo! ”

Cewek cantik bareng orgasme.

“Haa…… haa……”

Rasa bersalah makan karyawan seenaknya sama rasa taklukin, aku nikmatin.

(Aku, reincarnate beneran bagus……!! )

Aku terima kasih dari hati ke dewa yang aku tahu.
Tapi, pesta kayaknya belum selesai.

“A!? Ri, Riona-san……!?”

Gak sadar dia udah lutut, jepit kontol pake payudara, kepala kontol masuk mulut.

“Ero…… chupa jyuzo ero…… ”

Entah belajar di mana, gadis itu bersihin fellatio mesum, hisap sisa sperma.

Lalu fellatio ganti ke Mimi-chan.

“Hapu ”

Dari situ, semangat Mimi-chan mulai.

“N fu! Fuー! Jyuzozozo! Jyuuuuu! ”

Ekspresi mesum belum pernah liat sama teknik lidah, kontol langsung bangkit lagi.

“Haa, haa……。 Lagi, ik yo……?”

Teknik sex luar biasa sama mata harap jadi tanda, pesta nikmat balik ke awal……

“Aa! Aaaa lagi! O chin chin! ”

“O! O! Iku! O shiru, deru! ”

Erang imut dua karyawan, lama gak ilang dari dapur.

“Karena siswi biara lain kegoda…… tolong agak diem ya……”

Abis itu, dimarahin kepala biara pipi merah, rahasia dari dua orang.

〈Tamat〉

**Kata Penutup**

Kali ini, terima kasih banyak telah mengambil buku *Sasen Saki wa Josei Toshi! R*.

Berkat kesempatan berharga berupa kelanjutan publikasi, karya ini menjadi kisah harem dengan latar Seidouin.

Saya sangat gembira jika pembaca dapat menikmati perjuangan keras serta sisi erotis dari para heroine baru.

Sekali lagi, terima kasih banyak kepada ilustrator Ajishio-sensei yang telah menghasilkan ilustrasi luar biasa, editor yang dengan sabar mendengarkan permintaan detail saya dan bekerja keras, seluruh pihak penerbit dan toko buku, serta para pembaca yang telah membaca karya saya yang belum sempurna di situs posting novel “Nocturne Novels”.

Kepada semua yang telah memberikan dukungan bagi dunia kota wanita ini, saya sampaikan rasa terima kasih yang mendalam di kesempatan ini. Sungguh terima kasih banyak!

Dan sekali lagi, kepada Anda yang sedang membaca kata penutup ini, saya sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya.

Jika buku ini dapat menjadi sedikit istirahat bagi hati Anda, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar bagi saya sebagai penulis.

Februari 2022  
Ichiya Sumi

● Karya ini merupakan revisi, penambahan, serta perubahan judul dari *Sasen Saki wa Josei Toshi! ~Bijo-tachi to Okuru Icha Love Harem Toshi Seikatsu~* yang sedang diserialkan di situs posting novel “Nocturne Novels” (https://noc.syosetu.com).

**Hak Cipta**  
Ichiya Sumi  

Dalam menulis dengan kemampuan yang masih belum matang, saya sangat berterima kasih kepada fungsi “prediksi konversi”. Terlebih lagi, saat menulis efek suara “Dobyu”, kandidat konversi menampilkan nama komponis besar “Debussy”, sehingga saya semakin tidak dapat mengangkat kepala karena rasa hormat.

**Ilustrasi**  
Ajishio  

Ilustrator penggemar Voiceroid. Di circle “Ikarin” juga menggambar majalah doujinshi dewasa. Karya terbaru: *Jōshō Maō no Yarinaoshi* (HJ Bunko – bertanggung jawab atas ilustrasi).

*Sasen Saki wa Josei Toshi! R ~Kondo wa Seijo-tachi to Icha Love Harem~* [Versi Elektronik]

Tanggal Terbit: 1 Maret 2022  

Penulis: Ichiya Sumi  
Ilustrator: Ajishio  
Desain Sampul: 5gas Design Studio  

Penerbit: Goto Akinobu  
Penerbit: Kabushiki Kaisha Takeshobo  
〒102-0075  
8-1 Sanbancho, Chiyoda-ku, Tokyo  
Sanbancho Tokyu Building 6F  
email: info@takeshobo.co.jp  
URL: http://www.takeshobo.co.jp  

Pengolahan Data: Gōdō Gaisha Advanced Media Japan  
Ichiya Sumi 2022

Menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin pemegang hak cipta serta Kabushiki Kaisha Takeshobo—termasuk siaran, pertunjukan, pengiriman publik (termasuk unggah ke situs web)—merupakan pelanggaran hak cipta, kecuali dalam kasus yang diizinkan oleh undang-undang.



Kamu sudah CROT 0 kali

Comments

Fitur komentar buatan sendiri, masih banyak yang bug:
  • Tidak bisa reply didalam reply didalam reply (Tidak tersedia di firestore).
  • Tidak bisa reply,edit, delete didalam kolom reply.
  • Tidak bisa preview gambar atau kalau dipaksa bakal freeze.
  • Dark/Light mode tidak berfungsi sebagian.
Bakal gw fix kedepannya plus nambah fitur login.

Panduan Membaca

 1. Cara Memulai Membaca Novel

  • Buka chapter novel yang ingin kamu baca.
  • Cari "box" atau tombol bertuliskan "Mulai Baca", "Start Reading", atau ikon play/play button (biasanya berbentuk kotak besar di tengah atau bawah cover novel).
  • "Klik box tersebut" untuk langsung baca.
  • Jika ada popup iklan, tutup saja (klik tanda X) dan lanjutkan.

 2. Menghilangkan Blur pada Gambar

  • Saat membaca chapter, jika ada "gambar ilustrasi" yang blur (kabur), cukup "klik langsung pada gambar tersebut".
  • Blur akan hilang secara otomatis, dan gambar akan tampil jelas full resolution.
  • Tips: Klik sekali saja, jangan zoom dulu agar proses lebih cepat.

 3. Menghilangkan Blur pada Teks/Cerita

  • Jika "teks chapter" terlihat blur atau sebagian kabur, "klik pada area teks" (paragraf atau kalimat yang blur).
  • Blur akan hilang, dan teks menjadi jelas untuk dibaca.
  • Alternatif: Scroll sedikit ke bawah lalu klik lagi pada teks jika masih ada bagian yang blur.
  • Jika seluruh chapter blur, coba klik di tengah-tengah layar atau pada judul chapter.

Nikmati baca novelnya! Kalau ada saran atau chapter favorit, komentar di bawah chapter masing-masing. Happy reading!