Chapter 09
Astor dan Leonora berjalan beriringan di koridor istana yang dingin, kembali dari kota air Proofact. Suasana di antara mereka masih hangat, penuh keintiman setelah hari yang menyenangkan. Leonora sesekali memetik bel kecil dari "batu bergema" yang dibelikan Astor di pasar. Suara jernihnya membuat senyum gadis itu semakin lebar, bukan lagi putri pertama yang tegas dan gagah di medan perang, melainkan seorang kekasih yang polos dan bahagia.
Dia melingkarkan lengannya pada lengan Astor, sengaja menekan tubuhnya yang melimpah ke sisi pria itu. Kehangatan itu membuat hati mereka semakin dekat.
"Sungguh, sampai kapan Aquaria akan mengurung diri di laboratorium? Kalau tak pernah keluar, kepalanya bisa semakin membengkak seperti... dadanya yang besar itu,"
Gumam Leonora sambil tertawa kecil.
"Haha, kalau dia dengar, pasti marah besar."
"Aku sengaja bilang keras supaya terdengar. Lagian, waktu berdua saja denganmu selalu terasa terlalu singkat."
Leonora menyandarkan kepalanya di bahu Astor, gerakan kecil yang penuh kasih sayang. Hatinya sudah sepenuhnya milik pria ini. Namun, suasana manis itu langsung lenyap saat pintu laboratorium Aquaria terbuka.
Aquaria berdiri di ambang pintu, mengenakan bodysuit lateks ketat seperti biasa. Tapi ada yang berbeda, tatapannya tidak lagi dingin dan analitis. Matanya di balik kacamata itu obsesif, seperti predator yang mengunci mangsa. Pandangannya langsung tertuju pada Astor, seolah Leonora tak ada di sana.
"Aquaria, kamu..."
Leonora baru mau bicara. tapi Aquaria sudah bergerak cepat, mendekati Astor dan menarik lengannya dengan kekuatan tak terduga dari tubuh rampingnya.
"Ayo lanjutkan eksperimen, Astor. Parameter 'cinta' yang kita uji sebelumnya perlu verifikasi ulang. Tanpa suplai stabil dari peju sucimu, teori ku tak akan pernah selesai."
Tubuh Astor langsung tertarik ke pelukan Aquaria. Lengannya tenggelam dalam belahan dada yang sangat melimpah itu, sensasi lembut, berat, dan elastis yang berbeda dari Leonora, seperti balon air raksasa yang penuh. Aquaria memeluknya erat, lalu melirik Leonora dengan tatapan dingin.
"Onee-sama, komunikasi tidak ilmiah denganmu sudah selesai. Mulai sekarang, kita masuk fase kombinasi yang lebih optimal, berdasarkan logika dan bukti empiris."
Leonora terdiam sejenak, seperti gadis yang kekasihnya dirampas. Ekspresinya cepat berubah menjadi dingin dan menghina.
"Begitu ya. Masih saja bodoh, tak paham hati manusia. Kasihan adikku yang satu ini."
Dia mendengus, mengibaskan rambutnya dengan angkuh, gerakan yang membuat dadanya bergoyang kesal.
"Astor, pasti capek melayani ilmuwan gila ini. Jangan terlalu serius, ya. Ingat, 'yang pertama' milikmu direbut oleh aku."
Sindiran tajam itu sekaligus peringatan. Leonora berbalik dan keluar ruangan dengan langkah tegas, pintu ditutup keras sebagai tanda kemarahannya.
"'Pertama'... Terpaku pada data masa lalu itu bodoh. Yang penting adalah sekarang dan masa depan optimal... yaitu aku,"
gumam Aquaria pelan, lalu menarik Astor masuk ke ruang steril laboratoriumnya.
◇
Di atas meja eksperimen yang kini berfungsi seperti tempat tidur, Aquaria melepas bodysuit-nya perlahan. Cahaya merah lampu darurat menerangi kulit putihnya yang mulus dan dada besar yang muncul.
"Berdasarkan refleksi sebelumnya, kali ini aku akan tambah komunikasi verbal densitas tinggi selain kontak fisik. Aku akan ukur pengaruh kata 'suka' dan 'cinta' terhadap output peju suci secara kuantitatif."
Dia naik ke atas Astor, mengarahkan tubuhnya yang sudah basah karena antisipasi.
"Penyisipan dimulai... Astor, aku suka kamu."
Perlahan, dia menyatukan tubuh mereka, disertai kata-kata itu.
"Nn...! Kedalaman hingga 92%... Aku cinta kamu, Pahlawanku..."
Gerakannya bukan lagi mekanis seperti sebelumnya, melainkan lambat dan sensual, penuh perasaan. Dada besarnya bergoyang-goyang di atas wajah Astor, aroma manis kulitnya memenuhi indra.
"Ah... Bergoyang... Dada ini mengenai wajahmu... Kontak fisik ini memicu endorfin di otakku... nhii!"
Analisisnya terputus oleh kenikmatan sendiri. Teori dan naluri bertabrakan, membuatnya semakin terangsang.
"Astor... Katakan! Panggil namaku, katakan 'suka'! Pasti itu akan meningkatkan output!"
"Aquaria...!"
"Lebih emosional! Lihat aku saja! Lupakan Onee-sama!"
Gerakannya semakin intens, hantaman berat bergema, dada besarnya seperti tsunami yang menyerang Astor.
Tepat saat klimaks mendekat...
Vuuuunnn! Vuuuunnn!
Alarm keras menggema, seluruh laboratorium bergoyang. Suara disonan itu membangkitkan teror primal. Monitor berkedip merah, dinding mulai meleleh seperti lilin, bukan kehancuran fisik, tapi interferensi mental dari bawahan Lilith yang menggerogoti persepsi realitas.
"Jangan... berhenti! Jangan ganggu rumusku!!"
Aquaria memeluk kepalanya, jongkok ketakutan. Visinya: rumus-rumus tak terbatas pecah menjadi simbol tak berarti, jatuh menjadi daging busuk. Logika yang dia percaya disapu oleh emosi tak terkendali.
"Tak ada solusi... tak ada jawaban... Takut... takut!!"
Dadanya naik-turun ganas karena panik, bergoyang tak beraturan.
"Aquaria! Lihat ke sini!"
Astor memeluknya erat, menekan tubuh gemetar itu ke dadanya.
"Tidak! Lepas... ini akan menular... bug logika..."
"Jangan hitung apa-apa. Rasakan saja!"
Suara Astor menembus kegaduhan di pikirannya.
"Aku di sini. Kamu tidak sendiri. Ini nyata, kan?"
Hangat tubuh Astor, detak jantungnya itu realitas yang tak bisa diukur, tapi terasa. Wajah Aquaria tertanam di dada Astor, dada besarnya tertekan di antara mereka, memberikan sensasi lembut yang justru menenangkan.
"Detak jantung... turun. Kortisol... berkurang...?"
Serangan mental masih berlangsung, tapi dalam pelukan Astor, teror itu menjadi noise kecil yang tak penting.
"Apa ini... Hangat... tak logis, tapi nyaman..."
"Itu namanya kehangatan manusia, sensei."
Astor mengangkatnya dan melompat keluar dari lab yang runtuh, menuju bunker bawah tanah yang aman.
◇
Di bunker yang sunyi, cahaya oranye redup menerangi mereka.
"...Kita selamat. Terima kasih,"
kata Aquaria pelan, bersandar di dinding. Tangannya masih gemetar.
"Masih gemetar."
Saat Astor mendekat dan mengelus tengkuknya lembut, Aquaria tersentak.
"Tenang saja. Sekarang kita 'reinstall' isi ulang sirkuit kosongmu dengan sistem operasi bernama 'cinta'."
"Ah... Jangan lihat aku... setelah tampil memalukan tadi..."
"Jangan sembunyi. Kamu cantik."
Astor mengangkat dada besarnya dengan tangan, meremas lembut. Sensasi berat dan lembut itu membuat Aquaria lemah.
"Nn...! Jangan... Di sana sensitif sekali... Data tak terkumpul..."
"Buang data itu. Rasakan perasaanmu sendiri."
Astor merebahkannya, membelai dengan penuh kasih. Hisapan dan remasan membuat tubuh Aquaria melengkung, kejang kenikmatan.
"Aah... Otakku mati rasa... Panas... dada panas..."
"Ya, bakar habis logikamu yang dingin."
Astor memasuki tubuhnya dengan penuh sayang.
"Ini... cinta? Ini yang namanya hati...!?"
"Ya. Rasakan aku sepenuhnya, Aquaria."
Gerakan intens dimulai, hantaman penuh kasih. Dada besar bergoyang hebat, susu mulai merembes dari puting.
Saat klimaks tiba, cahaya biru suci meluap dari sambungan tubuh mereka, memurnikan monster interferensi di atas.
Dari dada Aquaria, susu suci menyembur kuat karena fusi sihirnya dengan peju suci Astor, simbol cinta yang meluap.
"Keluar... susu keluar... Aku tercelup warna Astor..."
Aquaria menangis bahagia, tubuhnya kejang dalam klimaks akhir. Monster lenyap, dan dia kini bukan lagi putri es, melainkan wanita yang tahu arti cinta sejati.
◇
Setelah cahaya reda, Aquaria menyandarkan wajahnya di dada Astor, napasnya pelan.
"...Perhitungan selesai."
"Solusi akhir: Aku suka Astor. Tak ada yang lain."
Matanya penuh cinta murni, tetesan susu di dada melimpahnya berkilau sebagai bukti.
Kamu sudah CROT 0 kali

Comments
1. Tidak bisa reply didalam reply didalam reply (tidak ada fitur seperti itu di firestore).
2. Tidak bisa edit, reply, delete didalam reply.
3. Tidak bisa preview gambar atau kalau dipaksa bakal freeze.
4. Dark/Light mode tidak berfungsi sebagian.
Bakal gw fix kedepannya plus nambah fitur login.